Pages

Sabtu, 12 Februari 2011

MultiPoint: solusi kesenjangan akses komputer

Komputer bagi banyak sekolah di Indonesia masih belum menjadi fasilitas yang selalu tersedia. Komputer ada tapi tak selalu memberi guna. Terdiam manis di pojok ruangan tata usaha atau sekedar untuk pemanis meja. Padahal mestinya komputer bisa lebih berdaya terutama untuk membantu kegiatan belajar siswa.
We all know, saat ini teknologi komputer masih belum terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini terutama dapat dilihat pada akses siswa Indonesia terhadap komputer yang mencapai rasio 1000:1. Maka upaya pemerintah dalam memperkecil rasio menjadi 20:1 menjadi berita yang menggembirakan.
Tapi menyediakan komputer untuk siswa di sekolah dalam jumlah lima puluh kali lipat dari yang ada sekarang tentu bukan hal yang mudah bagi siapapun, termasuk pemerintah kita. Sejumlah kerjasama kemudian dilaksanakan, termasuk dengan perusahaan swasta. Jejaring kerjasama yang menyumbang berbagai sumberdaya yang dimiliki tentu diharapkan bisa mewujudkan tujuan meningkatnya akses siswa terhadap komputer pada khususnya dan teknologi informasi pada umumnya.
Kemudian tersebutlah teknologi MultiPoint, sebuah terobosan untuk mendukung pendidikan di negara berkembang dan dunia pendidikan pada khususnya. Tujuannya tentu mengirit biaya yang harus dikeluarkan sekolah dalam menyediakan komputer bagi siswanya. Namun, ada tujuan lain yang tak kalah menarik: membuat proses belajar jadi lebih interaktif dan menjadikan guru lebih kreatif. Proses belajar yang menyenangkan dan guru yang inovatif, wow!
Seperti apa bentuknya? Satu hal untuk membuatnya sederhana: bayangkanlah satu komputer dalam kelas yang bisa diakses oleh guru dan seluruh siswa di sana. Ya, hanya satu. Tidak perlu antri untuk menggunakan, dan tak perlu ada sikut-sikutan demi mendapatkan giliran.
Bagaimana bisa? Agak sulit memahami bila belum melihatnya langsung. Penjelasan sederhana yang saya dapatkan saat mendengar teknologi ini adalah: satu komputer terhubung dengan puluhan tetikus. Dengan demikian setiap siswa bisa mengakses komputer yang tersedia dan ambil bagian dalam proses belajar. Interesting, isn’t it? Maka kejadian siswa yang cemberut karena kalah dalam persaingan mencoba komputer tidak perlu ada lagi.

Teknologi MultiPoint ini dikembangkan oleh Microsoft India dan telah sukses diujicobakan di India dan 43 sekolah di Filipina. Indonesia pun tak kalah rupanya, dipilihlah Yogyakarta sebagai lokasi penerapan pertama. Beberapa sekolah di sana berkesempatan menjadi pengguna perdana. Ya, saya bersama kawan dari CahAndong sudah berkunjung ke sana dan segera saya sampaikan ceritanya untuk anda. ;)
Moral postingan ini: Akses terhadap komputer dan teknologi memang jadi salah satu penentu pengembangan pendidikan di Indonesia. Bila akses masih menjadi masalah, inovasi teknologi murah dan mudah serta kerjasama dengan swasta bisa menjadi solusinya.

0 komentar:

Posting Komentar